Model, bahan, ukuran, wadah
vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan
keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga,
atau dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak -undakan atau
sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng
bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa, karena salah satu
filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di
sekitar kita.
Persyaratan vertikultur adalah kuat
dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya
disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi,
berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering
dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam,
pakcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun
dan tanaman sayuran daun lainnya.
Untuk tujuan komersial, pengembangan
vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya
produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman.
Sedangkan untuk hobiis, vertikultur dapat dijadikan sebagai media
kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas.
Pembuatan wadah tanam vertikultur
Selanjutnya dibuat lubang tanam di
sepanjang bagian 100 cm dengan menggunakan bor listrik. Dapat
juga menggunakan alat lain seperti pahat untuk membuat lubang.
Lubang dibuat secara selang-seling pada keempat sisi bambu
(asosiasikan permukaan bambu dengan bidang kotak). Pada dua
sisi yang saling berhadapan terdapat masing-masing tiga lubang tanam,
pada dua sisi lainnya masingmasing dua lubang tanam, sehingga didapatkan
10 lubang tanam secara keseluruhan. Setiap lubang berdiameter
kira-kira 1,5 cm, sedangkan jarak antar lubang dibuat 30 cm.
Pengadaan media tanam
Media tanam adalah tempat tumbuhnya
tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman
menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang
digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam
dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul,
dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat
koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air
unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran
kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan
kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi
unsur hara yang diperlukan tanaman.
Campuran media tanam kemudian
dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk memastikan tidak ada
ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong
tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam
bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah
mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan
tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan
menjaga kelembaban.
Persiapan bibit tanaman dan penanaman
Sebelum berencana membuat wadah
vertikal, terlebih dahulu mempersiapkan sejumlah bibit tanaman, Ketika
tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, pada dasarnya ada tiga
tahap dalam proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan
penanaman. Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan
wadah dan media tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media
tanam seperlunya dan memiliki lubang di bagian bawah untuk
mengeluarkan kelebihan air. Persemaian menggunakan wadah khusus
persemaian benih yang disebut tray dengan jumlah lubang 128
buah (tray lain jumlah dan ukuran lubangnya bervariasi). Dapat
juga persemain menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas
tempat kue. Adapun untuk media tanamnya adalah media tanam dari
produk jadi yang bersifat organik.
Jika menggunakan tray, jumlah benih
yang dapat disemaikan sudah terukur karena setiap lubang diisi
sebuah benih (walaupun bisa juga diisi 2 atau 3). Jika
menggunakan wadah lain maka jumlah benih yang dapat disemaikan
disesuaikan dengan ukuran wadahnya, dalam hal ini jarak tanam benih
diatur sedemikian rupa agar tidak berdempetan. Dua-tiga minggu
setelah persemaian benih sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4
daun. Idealnya, benih yang sudah tumbuh daun berjumlah 4-5 helai sudah
layak dipindahtanamkan.
Bibit tanaman yang dipindahkan ke
wadah vertukultur sudah berumur lebih dari satu bulan, daunnya pun
sudah bertambah. Karena hanya memiliki total 20 lubang tanam dari dua
batang bambu, maka cukup leluasa untuk memilih 20 bibit
terbaik. Sebelum bibit-bibit ditanam di wadah bambu, terlebih
dahulu menyiramkan air ke alamnya hingga jenuh, ditandai dengan
menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah cukup, baru
mulai menanam bibit satu demi satu. Semua bagian akar dari setiap bibit
harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit (cabe merah dan
tomat)dikelompokkan di wadah bambu terpisah.
Pemeliharaan tanaman
Tanaman juga memerlukan perawatan,
seperti halnya makhluk hidup yang lain. Tanaman memerlukan perhatian
dan kasih sayang. Selain penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu
pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit.
Sebaiknya pupuk yang digunakan
adalah pupuk organik misalnya pupuk kompos, pupuk kandang atau pupuk
bokashi. Disarankan agar sayuran buah seperti cabe, tomat tidak
mudah rontok sebaiknya menambahkan KCL satu sendok teh atau sendok
makan tergantung besar kecilnya pohon. Pemberian KCL setiap 5
sampai 6 bulan sekali. Di perkotaan, pupuk kandang atau kompos
harganya menjadi mahal. Limbah dapur atau daun-daun kering bisa
dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi. Pupuk bokashi adalah
hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, pupuk
kandang, dan lain-lain) dengan teknologi EM yang dapat digunakan
sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat dalam
beberapa hari dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk.
Kalau di daerah pedesaan, biasanya
sampah atau kotoran hewan dimasukkan ke sebuah lubang. Kalau lubangnya
sudah penuh, sampah dibakar dan sebagai pupuk. Dengan catatan, pupuk
kotoran hewan yang akan digunakan hendaknya sudah tidak berbau busuk.
Di swalayan, kios tanaman saat ini sudah banyak dijual pupuk kandang
yang sudah kering, tidak berbau, dan steril. Saat ini masyarakat
mulai banyak mempertimbangkan mengkonsumsi hasil panen yang Iebih
sehat cara penanamannya, yaitu menggunakan pupuk dan pengendalian
hama alami, meskipun harga produk tersebut lebih mahal. Saran untuk
berkebun di rumah sebaiknya tidak menggunakan bahan kimia. Ditekankan
pula jangan menggunakan furadan untuk membunuh hama yang ada
di dalam tanah. Penggunaan furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan
tanah dan juga mencemari tanaman kurang lebih selama sebulan.
Jadi, sebaiknya untuk tanaman sayuran tidak perlu digunakan furadan.
Pemanenan
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan
dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi,
selada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman
sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen
dilakukan dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman
sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang